Pages

Sunday, October 6, 2013

Resensi #5 : Ngetop Bareng Biar Peace


Judul           : Ngetop Bareng Biar Peace
Penulis         :Euis Erinawati
Penerbit       : Gema Insani
Tahun terbit : 2003
Tebal               : XVI + 132


Karena menjalani hidup seperti tengah mendaki gunung. Berproses yang tidak sendirian, dan hubungan dengan manusia lainnya yang harus senantiasa dirawat dengan sinergi.

**


Buku ini saya temukan dengan tidak sengaja saat SMP di sebuah toko buku kecil di Kabupaten. Jatuh cinta pada pandangan pertama dengan temanya, sinopsisnya, maupun cara penuturannya.

Saya menyebutnya buku lintas zaman. Karena saya membeli buku ini 3 kali di zaman yang berbeda, SMP, SMA, dan ketika kuliah.

Bagi yang pernah membaca buku The Seven Habbits Of Highly Effective Teens nya Sean Covey pasti akan familiar dengan beberapa penuturan di dalam buku ini yang kira-kira punya tujuan sama. Belajar membiasakan hal-hal baik demi terbentuknya suatu karakter yang baik juga, khususnya untuk para remaja yang dalam bahasa sekarang dikatakan labil, baik emosi maupun sikap. Penulis sendiri meletakkan buku karangan Sean Covey tersebut ke dalam salah satu referensinya. Tentu dengan bahasa yang jauh lebih mudah dimengerti dengan ilustrasi yang menarik.

Terdiri dari 4 bagian ulasan yang berbeda. Ulasan pertama tentang Prinsip hidup. Entah itu yang bersinggungan dengan orang tua, teman, nilai, hobby, sampai pacar dan materi. Semuanya diulas tuntas tentang bagaimana para remaja supaya tidak tergantung dengan itu semua, dan belajar untuk tetap berpegang teguh pada prinsip yang dia yakini.

Kalau kamu menyandarkan hidup pada prinsip, dalam keadaan apapun, susah maupun senang, kamu akan tetap nyaman. (hal 61)

Ulasan yang kedua tentang mengisi celengan alias meningkatkan kualitas diri kita sendiri dan kualitas menjalin hubungan dengan orang lain. Upaya yang bisa dilakukan beragam, semuanya diawali dengan membiasakan diri sendiri melakukan hal-hal yang baik dan benar. Istilahnya, membiasakan berbuat benar bukan membenarkan kebiasaan buruk. Saya menyebut ‘diri kita’ karena memang saya merasa ulasan ini tidak hanya cocok pada usia remaja, tapi lebih universal pada seluruh usia, sepanjang memiliki niat dan keinginan untuk memperbaiki diri.

Binalah hubungan dengan
  1. Menerimalah apa adanya
  2. Empati
  3. Jujur
 (hal 98)

Ulasan berikutnya membahas tentang bagaimana untuk tetap percaya diri dengan apa adanya kita namun juga tidak egois terhadap teman maupun ketika tengah berada di sebuah tim. Meskipun pada kenyataannya, kita tidak bisa membahagiakan semua orang. Tapi setidaknya, buatlah diri kita dan orang lain merasa bahagia dan istimewa. Jangan minder yang berlebihan, dan jangan membandingkan antara pribadi satu dengan yang lain. Sekali lagi, karena setiap manusia terlahir dengan keistimewaan masing-masing.

Tips berbesar hati :
  1. Menerima kenyataan
  2. Menyusun rencana positif untuk perbaiki diri
  3. Menyusun kembali untuk landangan hubungan
(hal 104)

Ulasan yang terakhir ialah tentang membangun sinergi, seperti yang ungkapkan sebelumnya. Bahwa menjalin hubungan dengan orang lain itu seperti mendaki gunung, tidak bisa dilakukan sendiri. Kita butuh orang lain untuk mencapai puncak, kita butuh bersinergi untuk berproses bersama menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat.

Sendirian, begitu sedikit yang bisa lakukan. Bersama-sama, begitu banyak yang bisa kita lakukan. (hal 114)

Saya merasa buku ini tidak hanya cocok untuk segmen remaja, namun juga bisa dijadikan panduan bagi orang dewasa untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik atau juga sebagian panduan untuk menghadapi anak mereka. Saya suka ilustrasi menarik yang ada di buku. Juga di buku ini nanti akan ditemukan poin atau inti dari apa yang dibahas.

Bahasa yang digunakan pun mengalir dan mudah dimengerti, meskipun masih disertai dengan beragam istilah agak sulit ( bagi sebagian ramaja) seperti Webster idola. Dulu aja saya tidak seberapa paham maksudnya apa. hahaha maklum anak desa.

Over all, saya menikmati buku ini bukan semacam buku panduan baku yang membosakan, saya lebih merasakannya sebagai nasehat menyejukkan yang membuat saya mengangguk paham. Memang beginilah, yang sebaiknya saya lakukan, begitu batin saya.




No comments:

Post a Comment


Jangan sungkan-sungkan meninggalkan tapak tilas.hehe

Popular Posts