Judul : Joker (Ada Lelucon di Setiap Duka)
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 238 Hal (cetakan kedua, 2011)
Dimas suka Alia, Alia sering sekali bersama Brama (sampai kayak anak kembar). Tapi Alia hanya menganggap Dimas sebagai pelarian. Brama suka Mauri sampai bela-belain pindah dari Jakarta ke Bandung, tapi Mauri malah memandang rendah pada Brama, dan waktu tengah berpacaran dengan Roman. Nah, Alia ini suka sama Roman. suatu hari Alia mengajak Brama taruhan, jika Brama bisa membuat Mauri jatuh cinta, maka Alia akan pergi dari hidup Brama, selamanya.
Alur sederhananya seperti itu. Dan pemersatu di antara ke empat karakter utama itu ialah radio White Wheel dan dunia penyiaran.
Saya tidak akan terlalu banyak membuat sinopsisnya, membacanya sendiri akan membuatmu juga ternganga sepertiku. Takjub dengan cerita seedan ini endingnya.haha
Saya memutuskan membeli buku ini setelah membaca kata
pengantar oleh mbak Windy, salah satu penulis favorit saya yang terkenal dengan
bahasa Indonesianya yang ber EYD dan santun.
Benar, saya terprovokasi.
Terlebih judulnya Joker, seperti kata mbak Windy.
“Apa yang sangat ingin kau lihat ketika sedang bercermin? Sesoosok
dirimu yang sebenarnya atau justru bayangan dirimu yang ingin ditampilkan di depan
orang lain?”
Nah, siapa yang tidak tergugah untuk segera membacanya,
hayo?
Saya punya ekspektasi yang besar terhadap buku ini. Terlebih
penulisnya, bang Valiant Budy termasuk dalam nominator penulis muda berbakat KHATULISTIWA
LITERARY AWARD 2007
Sayangnya, buku ini tidak seperti yang saya pikirkan awalnya. Buku
ini adalah sejenis buku yang jujur, membuat saya agak berat ketika membacanya.
Tapi saya penasaran, tapi saya malas membacanya sampai tuntas.
Jadinya galau. Dan akhirnya setelah menimbang lama dan menelantarkannya di atas
meja bersama jejeran buku lainnya.
Sampai, saya berpikir.
“Setidaknya kalau buku ini benar-benar jelek, saya harus tahu
letak jeleknya ada di mana. Dan untuk mengetahui fakta tersebut, mau tidak mau
saya harus membacanya hingga tuntas”
Well, saya lalu benar-benar membacanya.
Dan komentar pertama saya, endingnya gila. Haha benar-benar tidak
terduga. Dari sanalah judul Joker ini tercipta. Saya tercengang dan meringis
dalam waktu yang bersamaan. Haha
"Bahasanya terlalu jujur,
barangkali terlalu liar tentang dunia yang tidak saya ketahui"
Menamatkannya membuat saya tersadar, ternyata ada loh dunia edan
di sekitar saya yang saya sendiri tidak pernah tahu. Meskipun saya tidak suka,
tidak terbiasa, namun tidak lantas membuat dunia itu terhapus dengan
sendirinya.
Tidak.
Dunia para penyiar yang hidupnya tidak selempeng hidup kita, bisa
jadi di luar sana benar-benar ada. Tentang kebebasan, tentang moral yang sudah
tidak lagi bisa dikontrol, tentang kehidupan bar, tentang banyak hal yang
selama ini bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran saya.
Itulah, Joker.
Saya ternganga dengan alur, plot, dan ide yang coba di eksplore.
Saya belajar memahami keberadaan dunia di dalam Joker ini. Dunia yang keras.
Terdapat banyak kalimat yang menurut saya kurang etis untuk
disebutkan. Bahkan adegan yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang dewasa. Dan
alangkah baiknya jika novel ini diberi label khusus, supaya tidak bisa
dikonsumsi oleh anak-anak.
**
"Sempurna bukan berarti gak ada cacat. Kita sebagai
manusia terlalu sibuk membuat patokan sempurna, terlalu sibuk membuat
pagar-pagar standar, jadinya segala sesuatu yang nggak sesuai dengan patokan
dan pagar-pagar tadi, kita anggap cacat dan di bawah standar. Justru adanya
cacat lah yang membuat sesuatu itu begitu sempurna."
No comments:
Post a Comment
Jangan sungkan-sungkan meninggalkan tapak tilas.hehe