Pages

Wednesday, October 9, 2013

Resensi #7 Joker, ada lelucon di setiap luka




Judul : Joker (Ada Lelucon di Setiap Duka)
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 238 Hal (cetakan kedua, 2011)


Dimas suka Alia, Alia sering sekali bersama Brama (sampai kayak anak kembar). Tapi Alia hanya menganggap Dimas sebagai pelarian. Brama suka Mauri sampai bela-belain pindah dari Jakarta ke Bandung, tapi Mauri malah memandang rendah pada Brama, dan waktu tengah berpacaran dengan Roman. Nah, Alia ini suka sama Roman. suatu hari Alia mengajak Brama taruhan, jika Brama bisa membuat Mauri jatuh cinta, maka Alia akan pergi dari hidup Brama, selamanya. 


Alur sederhananya seperti itu. Dan pemersatu di antara ke empat karakter utama itu ialah radio White Wheel dan dunia penyiaran.

Saya tidak akan terlalu banyak membuat sinopsisnya, membacanya sendiri akan membuatmu juga ternganga sepertiku. Takjub dengan cerita seedan ini endingnya.haha

Saya memutuskan membeli buku ini setelah membaca kata pengantar oleh mbak Windy, salah satu penulis favorit saya yang terkenal dengan bahasa Indonesianya yang ber EYD dan santun.

Benar, saya terprovokasi.

Terlebih judulnya Joker, seperti kata mbak Windy.

“Apa yang sangat ingin kau lihat ketika sedang bercermin? Sesoosok dirimu yang sebenarnya atau justru bayangan dirimu yang ingin ditampilkan di depan orang lain?”

Nah, siapa yang tidak tergugah untuk segera membacanya, hayo?

Saya punya ekspektasi yang besar terhadap buku ini. Terlebih penulisnya, bang Valiant Budy termasuk dalam nominator penulis muda berbakat KHATULISTIWA LITERARY AWARD 2007

Sayangnya, buku ini tidak seperti yang saya pikirkan awalnya. Buku ini adalah sejenis buku yang jujur, membuat saya agak berat ketika membacanya.

Tapi saya penasaran, tapi saya malas membacanya sampai tuntas. Jadinya galau. Dan akhirnya setelah menimbang lama dan menelantarkannya di atas meja bersama jejeran buku lainnya.

Sampai, saya berpikir.

“Setidaknya kalau buku ini benar-benar jelek, saya harus tahu letak jeleknya ada di mana. Dan untuk mengetahui fakta tersebut, mau tidak mau saya harus membacanya hingga tuntas”

Well, saya lalu benar-benar membacanya.

Dan komentar pertama saya, endingnya gila. Haha benar-benar tidak terduga. Dari sanalah judul Joker ini tercipta. Saya tercengang dan meringis dalam waktu yang bersamaan. Haha

"Bahasanya terlalu jujur, barangkali terlalu liar tentang dunia yang tidak saya ketahui"

Menamatkannya membuat saya tersadar, ternyata ada loh dunia edan di sekitar saya yang saya sendiri tidak pernah tahu. Meskipun saya tidak suka, tidak terbiasa, namun tidak lantas membuat dunia itu terhapus dengan sendirinya.

Tidak.

Dunia para penyiar yang hidupnya tidak selempeng hidup kita, bisa jadi di luar sana benar-benar ada. Tentang kebebasan, tentang moral yang sudah tidak lagi bisa dikontrol, tentang kehidupan bar, tentang banyak hal yang selama ini bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran saya.

Itulah, Joker.

Saya ternganga dengan alur, plot, dan ide yang coba di eksplore. Saya belajar memahami keberadaan dunia di dalam Joker ini. Dunia yang keras.

Terdapat banyak kalimat yang menurut saya kurang etis untuk disebutkan. Bahkan adegan yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang dewasa. Dan alangkah baiknya jika novel ini diberi label khusus, supaya tidak bisa dikonsumsi oleh anak-anak.

**

"Sempurna bukan berarti gak ada cacat. Kita sebagai manusia terlalu sibuk membuat patokan sempurna, terlalu sibuk membuat pagar-pagar standar, jadinya segala sesuatu yang nggak sesuai dengan patokan dan pagar-pagar tadi, kita anggap cacat dan di bawah standar. Justru adanya cacat lah yang membuat sesuatu itu begitu sempurna."

No comments:

Post a Comment


Jangan sungkan-sungkan meninggalkan tapak tilas.hehe

Popular Posts