Pages

Tuesday, October 8, 2013

Resensi #6 : Andaikan Shalat Sebuah Pesta




Judul | Andaikan Shalat Sebuah Pesta
Penulis | Kang Yadi
Penerbit | PT Lingkar Pena Kreativa
Tahun Terbit | 2007
Tebal Buku | 124 Halaman

Karena shalat memiliki banyak definisi bagi seorang muslim, salah satunya ialah sebagai bukti cinta.

**

Seperti yang pernah dipaparkan oleh seorang di Tumblr *eh semoga bukan sara ketika menulis platform blog lain di sini.hekhekhek*, bahwa dia pribadi belum pernah merasakan shalat se khusu’ mungkin, khusu’ yang membuat dia melupakan seluruh kesenangan dunia. Saya pribadi menyetujui itu, saya paling banter merasakan shalat yang menenangkan jiwa, yang setelah melaksanakannya beban hidup yang awalnya sebesar gunung pelan-pelan mulai nampak seperti butiran pasir.

Iya, masih cetek. Nikmat shalat yang saya rasakan masih seputar itu. Ketika ada suara yang berisik di sekitar saya, saya masih bisa mendengarnya dengan baik. Huhuhu.. Shalat yang khusu’ sama sekali bukan perkara mudah, setidaknya buat saya. Karenanya saya agak risih sih, ketika ada yang menunaikan shalat masih ada suara-suara lagu maupun video yang agak keras. Sungguh. Iya, ini perkara khusu’. Dan saya tidak bisa dengan se-cool mungkin mengatakan.

“Nggak masalah kok, saya bisa shalat dengan khusu’” hmm benar-benar tidak bisa seperti itu.huhu

Belum lagi tatkala ‘futur’, iman semakin turun, dan semangat berdekatan dengan Allah mulai semakin tergerus. Sudah, semakin kosong saja shalatnya.

Dan buku ini, buku yang saya beli karena tergiur dengan judulnya yang memprovokasi, saya katakan buku yang kece.

Andaikan shalat sebuah pesta.

Bahkan sebelum membaca buku tersebut, saya tidak pernah berpikiran sejauh itu. Selama ini siapa yang tidak tahu bahwa shalat adalah tiang agama, bahwa shalat hukumnya wajib dan tidak bisa ditinggalkan dalam kondisi apapun, bahwa jika tidak shalat nanti akan masuk neraka. Shalat nampak seperti ibadah wajib yang membosankan, provokasi tentang ajakan menunaikan shalat sebatas hembusan kalimat yang melewati kuping kiri, lalu keluar dari kuping kanan. Tidak membekas.

Berbeda ketika persepsi tersebut diubah. Bagaimana jika shalat adalah sebuah pesta? undangan langsung yang berasal dari baginda raja pemilik seluruh alam semesta, otomatis pun kita akan senang mendatangi pesta tersebut bukan? Bahkan tidak lupa dengan keputusan mengenakan baju terbaik yang dimiliki. Iya, andaikan shalat sebuah pesta.

Buku ini serupa racun yang menyenangkan, serupa obat bius yang membawa cairan positif ke dalam tubuh. Dengan bahasa ringan yang mudah dimengerti, penulis berusaha membisikkan pada pembaca untuk lebih giat lagi menunaikan shalat. Ibadah pertama yang akan dipertanyakan di akhirat kelak.

Tidak hanya itu, pembaca juga akan diberitahu bagaimana supaya shalat yang ditunaikan menjadi bergizi, ditambah menjadi obat penyembuh bagi yang melaksanakannya. Termasuk supaya kita bisa mencapai kondisi khusu' ketika menunaikan shalat.

Kekurangan buku ini hanya satu, kurang tebal. Padahal, dengan judul dan isi yang cukup provokatif, penulis bisa menceritakan lebih banyak lagi tentang keindahan dan keistimewaan dalam menunaikan shalat.

**

Sesungguhnya shalat adalah sebuah pesta yang diselenggarakan oleh sang Raja, yaitu Allah Swt. Dia mengundang seluruh umat manusia untuk shalat yang di dalamnya terdapat berbagai kelezatan dan kenikmatan yang tidak pernah kering dan membosankan. (Al-Ghazali)

Rasanya, tidak ada alasan lagi untuk mengabaikan shalat, kan?
PS. Ketika futur melanda, ingatlah kalimat ajaib di atas, insyaAllah manjur.

2 comments:

  1. iya andaikan sholat seperti sebuah pesta ya..
    nice post dek :)

    ReplyDelete
  2. wow.. jeweran yg mantap utk telinga saya nih.

    ReplyDelete


Jangan sungkan-sungkan meninggalkan tapak tilas.hehe

Popular Posts